THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

PEDOMAN PEMAKAIAN BAHASA DALAM PERS

Pertemuan 30 Oktober 2008 (Hlm 192 dalam buku “Bahasa Jurnalistik”)

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di Jakarta mengeluarkan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers. Dulu wartawan taat pada kaidah-kaidah kewartawanan dan sangat sulit untuk mendapatkan kartu pers. Tetapi sekarang sangat mudah sekali.

Penjelasan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers:
a. Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tetapi dalam dalih rusuh atau gannguan apa saja dalam mencari berita, berbuat kesalahan dalam penggunaan EYD dimaklumi dan setiap media mempunyai style book (buku panduan penulisan) masing-masing.
b. Kepanjangan dari akronim atau singkatan terlebih dahulu ditulis sebelum akronim atau singkatan. Minimal kepanjangan dari akronim atau singkatan disebutkan satu kali.
Contoh: Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) selalu berpatroli di daerah Bandung. Satpol PP berpatroli setiap pagi dan sore hari.
c. Pemenggalan imbuhan atau prefiks diperbolehkan dalam penulisan judul berita. Tetapi dalam isi berita tidak diperbolehkan.
Contoh: Lola Amelia Buat Film (judul berita)
Lola Amelia membuat film (isi berita)
d. Menulis berita harus pendek, mudah dipahami dan logis (SPOK harus jelas).
Contoh:
Kalimat yang tidak logis: “Dalam film ini akan mengisahkan sisi gelap dan hal-hal yang sangat menyentuh.” Karena kalimat “Dalam film ini” menunjukkan tempat. Tidak mungkin tempat mengisahkan.
Kalimat yang logis: “Film ini akan mengisahkan sisi gelap dan hal-hal yang sangat menyentuh.”
e. Black list kata-kata yang tidak boleh digunakan wartawan:
Sementara itu
Dalam rangka
Perlu diketahui
Dapat ditambahkan
Faktor wartawan menulis kata-kata tersebut karena kemalsan dan kebodohan.
f. Black list yang harus dijauhi wartawan (kata-kata mubazzir):
Adalah
Contoh: Anisa Pohan adalah menantu Presiden (salah)
Anisa Pohan menantu Presiden (benar)
Telah atau sudah (utamanya ada keterangan waktu)
Contoh: Saya sudah makan tadi pagi (salah)
Saya makan tadi pagi (benar)
Untuk (sebagai terjemahan to dalam bahasa inggris)
Contoh: Saya berusaha untuk memahami (salah)
Saya berusaha memahami (benar)
Dari (sebagai terjemahan of dalam hubungan milik)
Contoh: Suami dari Siti Nurhaliza (salah)
Suami Siti Nurhaliza (benar)
Bahwa (terjemahan dari that)
Contoh: Dia tahu bahwa Uin di Cibiru (salah)
Dia tahu Uin di Cibiru (benar)
g. Harus konsisten dalam kalimat. Kalau menggunakan kalimat aktif selanjutnya harus kalimat aktif.
Contoh:
Kalimat aktif: “Dosen menugaskan pembuatan makalah kepada mahasiswa. Mahasiswa melaksanakan tugas itu dengan baik.”
Kalimat pasif: “Pembuatan makalah ditugaskan dosen kepada mahasiswa. Tugas dilaksanakan mahasiswa dengan baik.”
Usahakan menggunakan kalimat aktif dalam menulis berita karena lebih mudah.
h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan maksudnya.
i. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.
j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.

0 komentar: