THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

PASANG SURUT EVOLUSIONISME

ANALOGI EVOLUSI
By : Budi setiawan

Evolusi bisa di definisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan, seperti perubahan sederhana menjadi kompleks. Perubahan itu biasanya dianggap bersifat lambat laun. Paradigma yang berkaitan dengan konsep evolusi tersebut adalah evolusianisme yang berarti cara pandang yang menekankan perubahan lambat laun menjadi lebih baik atau lebih maju dari sederhana menjadi kompleks. Sebagai kebalikan dari evolusi adalah revolusi yang berarti perubahan yang cepat.
Tak berlebihan bila dikatakan bahwa evolusionisme adalah landasan awal bagi pembentukan berbagai paradigma dalam antropologi. Menurut hemat penulis, meskipun sebagian paradigma pada masa kini menyatakan secara implisit atau eksplisit tidak sepakat, atau tidak memandang sentral, eksplanasi evolusionisme, khususnya bagi memahami masyarakat dan kebudayaan, secara sadar atau semua antropolog dan juga ahli ilmu sosial lainnya menggunakan ungkapan-ungkapan evolusionistik dalam menaggapi gejala sosial tertentu.
Pertanyaan besar yang hingga kini tetap di lontarkan adalah apakah benar, atau seberapa jauh, prilaku manusia yang dapat di jelaskan oleh hereditas, suatu konsep yang melekat pada evolusionisme.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus ingat bahwa bekerjanya seleksi alam membutuhkan tiga syarat yang harus di penuhi (Ridley :1991) :
1. Seleksi alam memerlukan variasi agar bisa bekerja
2. Harus ada reproduksi diferensial
3. Harus ada mekanisme untuk menduplikasi unsur-unsur adaptif

Dalam evolusi biologi, variabilitas berasal dari rekomendasi genetik dan mutasi. Dalam evolusi kebudayaan, variabilitas datang dari rekomendasi prilaku yang dipelajari dan penemuan-penemuan (invention) kebudayaan tidaklah tertutup atau terisolasi secara reproduktif seperti halnya spesies. Suatu spesies tidak dapat meminjam unsur-unsur genetik dari spesies lain, tetapi kebudayaan dapat meminjam hal-hal baru dan prilaku dari kebudayaan lain. Sebagai contoh, cara bertanam jagung di suatu daerah dapat diterapkan juga di daerah-daerah lain.
Mengenai syarat reproduksi diferensial, tidak menjadi persoalan unsur tertentu genetik atau dipelajari. Ketidakkonsistenan prilaku akan menjurus kepada kepunahan sama halnya seperti di proporsisi morfologi atau difesiensi pada suatu organ vital. Prilaku juga cenderung mengalami seleksi seperti halnya seleksi terhadap ukuran tubuh atau resitansi terhadap penyakit.
Selama spesies manusia terus eksis, tak ada alasan seleksi alam atas ciri biologi dan kebudayaan berhenti. Namun, evolusi tergantung pada aneka ragam perubahan yang kerap kali tidak bisa diprediksi dalam hal lingkungan fisisk dan sosial (jolly, 1989 : Ridley, 1991). Dalam antropologi, ada empat alur besar pemikiran evolusionis, yakni unilinear, universal, dan multilinear, ditambah neo Darwinisme. Tiga alur pertama adalah pendekatan gradualis dengan label unilinear, universal, dan multilinear. Neo Darwinisme datan dengan cara lain, yakni berasal dari sosiobiologi pada tahun 1970an dan yang setipe hingga pendekatan-pendekatan yang lebih muktahir tehadap asal usul kebudayaan simbolik.

RELEVASI PEMIKIRAN CHARLES DARWIN

Evolusionisme tidak pernah bisa dipisahkan dari seorang tokoh bernama Charles Darwin. Pada tahun 1859, tatkala ia menerbitkan The Origin of Spesies, ia menulis : ‘saya sepenuhnya yakin bahwa spesies tidak akan dapat bermutasi ; tapi bahwasanya spesies-spesies itu termasuk kedalam generasi yang sama adalah keturunan linear dari spesies tertentu lain yang pada umumnya sudah punah, dan dengan cara yang sam diakui sebagai variasi dari speswies masa lalu tersebut”
Hingga 1871 (tatkala The Descent of man terbit ), Darwin sebenarnya menghindari untuk menyatakan secara kategoris bahwa manusia berasal Dari bentuk-bentuk yang bukan manusia, tetapi implikasi teorinya itu jelas. Barulah setelah itu semakin jelas bahwa yang di magsud darwin sebagai nenek moyang manusia itu adalah mahluk sejenis kera (Ember dan Ember, 1996: 17).
Sesungguhnya Darwin bukanlah orang yang pertama yang memandang penciptaan spesies-spesies baru secara evolusioner, tetapi dialah yang pertama memberikan ekplanasi yang mendalam, di dekumentasikan dengan baik, mengenai masalah evolusi itu terjadi. Darwin lah, lebih dari yang lain, yang menyadari adanya potensi eksplanotoris yang luar biasa pada seleksi alam, dan melakukan analisis yang paling lengkap dan menyakinkan secara revolusioner tentang kehidupan.
Meski banyak kritik tajam dialamatkan kepada Charles Darwin berkenaan dengan teori evolusi yang di gagasnya, pengaruhnya terhadap biologi modern tetap sangat besar. Betapa tidak, pengaruh terbesar dari teorinya yang terkenal mengenai evolusi sebagai akibat seleksi alam. Demikian pula dari berbagai argumen yang dilontarkan untuk mendukung teori tersebut (Gaulin, 1991 : vii-viii).
Teori Darwin dikatakan berciri revolusioner karena mampu menjalasakan begitu banyak fakta yang berkaitan satu sama lain dalam suatu gagasan yang tunggal (Gaulin, 1991 : vii, ridley, 1991). Empat golongan fakta dapat kita siamak berikut ini : pertama, organisme tersebut tidak acak di seluruh dunia. Spesies di pulau-pulau menunjukan ciri-ciri yang mirip dengan spesies di daratan yang berdekatan, misalnya fauna dan flora sumatera dan ada di asia, atau biota di amerika selatan yang mirip dengan yang di temukan di pulau-pulau galapagos seluruh benua sering kali tidak memiliki tipe umum organisme yang tersebar luas di tempat lain: misalnya, mamalia berplasenta tidak ditemukan di australia sebelum orang eropa membawanya ke sana. Kedua, peninggalan berupa fosil-fosil menggambarkan suatu rangkaian yang mulai dengan organisme yang sederhana strukturnya dan kemudian dalam perkembangan selanjutnya menjadi kompleks ; mahluk bersel tunggal berkembang ratusan juta tahun sebelum adanya hewan burung , ketiga, rincian susunan anatomi suatu kelompok utama menunjukan adanya rankaian ciri struktur yang sama. Keempat, organisme menggambarkan kompleksitas yang rinci dan terintegrasi .
Ia menyimpulkan bahwa jika ketiga pengamatan di atas sahih, maka ciri-ciri yang disukai alam akan lebih umum ditemukan pada generasi-generasi ketimbang ciri yang tidak di sukai alam, ciri-ciri yang tidak disukai alam akan hilang. Organisme akan beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya karena varian yang sukar beradaptasi akan meninggalkan sedikit keturunan, dan ciri-ciri mereka akan hilang.

1 komentar:

Yahuuuuui mengatakan...

bagus dan sangat membantu.