THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

3. Posisi Bahasa Jurnalistik

Pertemuan tgl.16/10/2008

Posisi Bahasa Jurnalistik
Sepertii dalam sebuah pertandingan sepak bola, seorang Wein Roneey, pemain sepak bola yang menempati posisi sebagai striker, tentunya tugasnya mencetak gol ke dalam gawang, begitupun dengan pemain tengah, kita kenal dengan nama Frank Lampard ataupun Gerard yang dengan posisinya itu bertugas untuk memberikan assist kepada seorang striker hingga akhirnya dapat di eksekusi oleh seorang striker dengan baik dan lahirlah sebuah gol.
Ternyata Bahasa jurnalistik pun memiliki posisi dalam peranannya itu. Di dalam bahasa termonologi sosial, posisi memiliki arti setatus sosial. Posisi pun bersifat strategis. Posisi bahasa jurnalistik diantaranya sebagai alat komunikasi khas media. Artinya siapapun orangnya, apapun latar belakang orang tersebut,mulai dari tukang copet, sampai presiden sekalipun bila ingin berhubungan atau berkomunikasi atau pun terjun kedalam dunia media, tentunya harus dengan alat. dan Bahasa jurnalistik, inilah alat yang bisa menghantarkan semuanya kedalam media masa. Posisi lainnya yaitu sebagai laboratorium bahasa masyarakat atau transtate, artinya adalah bahasa jurnalistikpun memiliki posisi sebagai penyetelan kecenderungan masyarakat untuk di arahkan, bisa juga disebut sebagai acuan bagi masyarakat dalam penggunaan bahasa. Contohnya, di kamus Indonesia-indonesia tidak ditemukan kata “tak” yang artinya tidak, tapi di masyarakat, kata tersebut sudah tidak asing lagi di dengar. Selain itu tak jarang kita mendengar kata “JABAR”, yang kepanjangannya adalah jawa barat,“JATIM”,(jawa timur) “NTB”(nusa tenggara barat), “NTT”(nusa tenggara timur), dan masih banyak lagi,.mengapa masyarakat mengenal bahasa-bahasa tersebut? Itrulah posisi Bahasa jurnalistik yang dikeluarkan dan di populerkan oleh media dan digunakan oleh masyarakat. Posisi jurnalistik yang ketiga sebagai sub sistem dari bahasa Indonesia, yang artinya walaupun bahasa jurnalistik, namun tetap harus mengacu pada tata bahasa Indonesia yang baik dan di sempurnakan. Contoh, sebelumnya maaf, kita pernah membaca atau pun mendengar Bpk.H.Zainudin MZ. Pernah berkata dalam ceramahnya yang berbunyi “Masih banyak janda-janda tua yang…..”. janda pada kalimat tersebut mestinya tidak usah di sebut dua kali, karna telah menyebutkan kata banyak, itu pemborosan kata namanya! Mestinya “masih banyak janda yang…”. Dan masih banyak lagi yang bisa dijadikan patokan atau pembelajaran bagi kita untuk bisa lebih memahami posisi bahasa jurnalistik. Semoga bermanfaat.

Subhanakallahumma wabihamdika ashaduallaa ila hailla anta astagfiruka waatubuilaik

0 komentar: